Cerpen "Sesingkat Inikah?"
Sesingkat
inikah?
Pagi itu
masih terlihat gelap mentaripun enggan menampakan wujudnya, gadis berparas
cantik keluar dari kamarnya bergaun merah dihiasi untaian renda-renda yang
mengelilingi pergelangan tangannya, nampak darinya pesona gadis desa yang masih
melekat. Rambutnya yang lebat halus dan amat terjaga menambah kecantikan
parasnya. Kadita namanya,ia hendak
menemui ibunya yang selesai sholat subuh, dipeluklah ibunya dengan erat dan
berkata “Bu, Ijinkan Kadita ke kota. Kadita ingin Membantu ekonomi Ibu, semoga ibu
berkenan mengizinkan Dita, boleh ya bu?” Kata kadita agak memaksa. Meskipun
kadita tahu kalau ia pergi ke kota tak ada lagi yang menjadi teman ibunya.
Namun, dengan permohonan dita yang begitu meluluhkan hati akhirnya ibu dita
mengijinkan anaknya pergi ke kota seorang diri meskipun ibunya tahu kalau
kadita mempunyai penyakit Asma yang parah namun ibunya tidak dapat menghalangi
keinginannya karena dia termasuk gadis yang keras. Mulailah kadita berjalan
meninggalkan ibu yang teramat disayangi, berjalanlah dia dengan teramat pelan,
matanya meneteskan air mata yang hendak ditahannya sesungguhnya hatinya tak
ingin jauh dengan ibu yang amat dia sayang.
Pergilah kadita ke stasiun, sepanjang perjalanan tiada hentinya dia memikirkan ibunya yang sendiri termangu tanpa keceriaannya lagi. Pukul 12.00 tepat sampailah kadita ke stasiun, setibanya disana penyakit yang dideritanya kambuh karena terlalu lelah dan sedih berpisah dengan ibu tercintanya. Kadita tergulai lemas, bersender dikursi kayu seorang diri, nafasnya terengah-engah, tubuhnya tak mempunyai kekuatan. Benaknya terus memanggil “Ibu tolong Dita, Dita sakit buu.”
Pergilah kadita ke stasiun, sepanjang perjalanan tiada hentinya dia memikirkan ibunya yang sendiri termangu tanpa keceriaannya lagi. Pukul 12.00 tepat sampailah kadita ke stasiun, setibanya disana penyakit yang dideritanya kambuh karena terlalu lelah dan sedih berpisah dengan ibu tercintanya. Kadita tergulai lemas, bersender dikursi kayu seorang diri, nafasnya terengah-engah, tubuhnya tak mempunyai kekuatan. Benaknya terus memanggil “Ibu tolong Dita, Dita sakit buu.”
Melihat keadaan seorang gadis cantik yang terlihat kesakitan seorang sendiri, datanglah seorang pemuda berkemeja
biru, tinggi dan tampan. Destian namanya, dia mendatangi dita yang kesakitan
itu ditolonglah dita lalu dibawalah dita ke klinik sekitar stasiun, setelah beberapa lama Kadita sadar
dia memperkenalkan diri kepada kadita “kamu gapapa kan?.” Tanya destian. “Mas
siapa? Dita tidak mengenali mas, siapa yang menolong dita?” kata dita yang
kebingungan. “Aku Destian, kamu boleh panggil aku Tian, aku yang membawamu
kesini ,tadi kamu kesakitan di kursi itu, jadi segera kubawa kamu kesini. Kamu
mau kemana?” “oh jadi Mas yang menolongku, aku Kadita mas, aku mau cari
pekerjaan dikota untuk bantu ibu” jawab kadita yang masih terlihat lemas itu.
setelah percakapan yang cukup lama akhirnya Destian mengetahui mengapa gadis sepolos kadita berani datang ke kota sendirian. Tian merasa kasihan dengan dita, akhirnya Tian mengajak Dita untuk bekerja ditempat ia bekerja sebagai pelayan lestoran. Tak disangka kadita mempunya bakat dalam memainkan gitar. Sejak SMA dita sangat menggemari hobinya itu dan berlatih dengan guru seni musiknya. Keahliannya terdengar oleh telinga manager dita, akhirnya Dita sering diminta untuk tampil menghibur pengunjung di lestoran dengan lantunan gitarnya yang mampu meluluhkan pandangan semua orang yang berada di lestoran. Setiap kali Dita memainkan gitarnya didepan pengunjung, tentulah Tian akan menatap dalam-dalam matanya, “Mengapa aku tak bertemu gadis ini lebih awal” kata batinnya penuh kebanggaan. Dari jauh senyumnya memancar memandang gadis polos yang menimati alat musiknya itu, Destian Mulai merasa ada kecocokan batin antara dia dengan Dita, setelah merampungkan pekerjaannya, Tian Mengajak Dita untuk pergi ke sebuah tempat yang sangat romantic. “Kenapa kamu ngajak aku ke tempat yang indah seperti ini mas?” kata Dita yang menampakkan keceriaannya malam itu. “ Ada alasan mengapa aku membawamu ketempat ini Dit, Aku mau kamu menjadi pengisi kekosongan ini, kamu bersedia kan?” jawab Tian, “apa kamu serius Tian?”kata Dita.
“Aku serius Dita, aku mencintaimu aku ingin kamu yang menghuni hati ini!” Tian meyakinkan. Akhirnya merekapun jadian, di bawah langit yang berirama lampu-lampu yang mengiringi kebahgiaan mereka bangunan yang turut berbahagia kala malam itu.
setelah percakapan yang cukup lama akhirnya Destian mengetahui mengapa gadis sepolos kadita berani datang ke kota sendirian. Tian merasa kasihan dengan dita, akhirnya Tian mengajak Dita untuk bekerja ditempat ia bekerja sebagai pelayan lestoran. Tak disangka kadita mempunya bakat dalam memainkan gitar. Sejak SMA dita sangat menggemari hobinya itu dan berlatih dengan guru seni musiknya. Keahliannya terdengar oleh telinga manager dita, akhirnya Dita sering diminta untuk tampil menghibur pengunjung di lestoran dengan lantunan gitarnya yang mampu meluluhkan pandangan semua orang yang berada di lestoran. Setiap kali Dita memainkan gitarnya didepan pengunjung, tentulah Tian akan menatap dalam-dalam matanya, “Mengapa aku tak bertemu gadis ini lebih awal” kata batinnya penuh kebanggaan. Dari jauh senyumnya memancar memandang gadis polos yang menimati alat musiknya itu, Destian Mulai merasa ada kecocokan batin antara dia dengan Dita, setelah merampungkan pekerjaannya, Tian Mengajak Dita untuk pergi ke sebuah tempat yang sangat romantic. “Kenapa kamu ngajak aku ke tempat yang indah seperti ini mas?” kata Dita yang menampakkan keceriaannya malam itu. “ Ada alasan mengapa aku membawamu ketempat ini Dit, Aku mau kamu menjadi pengisi kekosongan ini, kamu bersedia kan?” jawab Tian, “apa kamu serius Tian?”kata Dita.
“Aku serius Dita, aku mencintaimu aku ingin kamu yang menghuni hati ini!” Tian meyakinkan. Akhirnya merekapun jadian, di bawah langit yang berirama lampu-lampu yang mengiringi kebahgiaan mereka bangunan yang turut berbahagia kala malam itu.
Hari-hari
mereka sangat indah, mereka dapat bertemu setiap hari ditempat kerja,
bersama-sama membangun tali kebahagiaan. Suatu hari Tian menemukan sebuah
pampflet yang berisikan iklan yang didalamnya
tertulis ada penjurian alat music disuatu Hotel yang terkenal di Jakarta, tak
berfikir lama Tianpun langsung terarah kepada pacarnya itu, Tian meminta supaya
Dita mengikuti perlombaan itu. Awalnya
Dita menolak karena ia fikir ia tak semahir yang orang kira, namun Tian terus
berusaha membujuk dan meyakinkan Dita kalau bakatnya itu dapat dikembangkan.
Setelah beberapa lama berdebat akhirnya Dita mau mengikuti perlombaan itu.
Dengan bimbingan Tian, Dita semangat berlatih terus menerus. Tiba saatnya
perlombaan itu dilaksanakan, ketika itu Tian mendadak menghilang dan tidak bisa
menghadiri pementasan perdana kekasihnya itu tanpa alas an yang jelas. Tian
hanya mengirim SMS yang berucap “ sayang, maaf ya aku tidak datang tepat waktu,
doain aku ya semoga cepat menemui kamu”.
Meskipun tanpa kehadiran kekasih yang disayanginya itu, Dita tetap
bersemangat mengikuti pementasan itu, tak disangka penampilan perdanyanya mendapat juara
pertama. Dita sangat bergembira kala itu, dia langsung mengirim pesan singkat
untuk kekasihnya itu “Tian, aku juara pertama. Kamu pasti bangga. Jemput aku
ya, aku Tunggu di depan Hotel ini.” Tak ada satupun balasan dari Tian, setelah
beberapa lama dia menunggu kekasihnya itu, handphone yang digenggamnya pun
berbunyi “kring….kring” Dita langsung sigap mengangkat tangannya itu, dia fikir
telfon itu dari kekasihnya tapi ternyata yang menelfon adalah manager lestoran
yang mengabarkan bahwa Tian kecelakaan dan tewas ditempat kejadian. “Sebelum
kecelakaan Tian mengirim pesan singkat kepada saya, supaya menyampaikan kalau Tian datang agak
terlambat, karena dia baru pualng mencari cincin untuk kamu Dit. Belum lama sms
itu masuk tiba-tiba saya dapat telfon dari kepolisisan kalau kekasihmu
kecelakaan dan meninggal.” Kata manager yang turut berduka itu. Dota lemas,
ditergulai lemah badanya terjatuh ke tanah, piala yang dipeganya meluncur cepat
ke tanah bersama dengan badannya. Dita tak banyak berkata dia hanya bisa
menangis dan Kaget mendengar kekasih yang dicintainya itu telah meninggalkannya
untuk selama-lamanyanya. “kemana sosok yang selalu menemaniku, kemana kamu
sayangku? Haruskan aku kehilangan kamu dengan cara seperti ini? Tian
kembalilah.”Suara serak penuh penyesalan dan tangis yang teramat dalam. Asmanya
pun kambuh, kali ini Dita benar-benar merasakan bagaimana rasa sakit ditinggal
orang yang dikasihinya itu, akhirnya pulanglah Dita ke Desa diamana Ibunya
tinggal. Sampailah di tempat dimana ia hidup dan merasakan belaian ibu, asma
Dita semakin parah akhirnya Dita pun meninggal menyusul kekasihnya itu dan
meninggalkan Ibunya sendiri, pastilah Ibu dita yang lemah itu merasakan sakit
yang sangat menusuk karena kepergian anak yang dicintainya itu. “Setidaknya
kamu pernah mengisi hari-hariku, meskipun tak lama semua itu sempat membuatku
bahagia.” kata terakhir yang dikirim Kadita ke Destian lewat SMS sebelum ia
meninggal.
Comments
Post a Comment