Percaya Aku





Seringkali kamu menuduh kalau aku tak benar-benar mencintaimu karena aku sering berhubungan dengan teman lamaku, memang kita dekat tapi perasaanku dengan dia hanyalah perasaan antara teman lama tidak lebih dari itu. Jika kau menuduh kalau perhatianku kuberikan untuknya, tuduhanmu salah besar. Aku tak pernah memberi perhatianku sama sekali untuknya. Kami hanya bertukar kabar, itu saja. Kamu tak perlu takut bahwa nantinya akan ada seseorang yang lebih membuatku nyaman karena perhatiannya kepadaku, seperti katamu. Itu sama sekali salah. Hanya kau yang aku pentingkan, karena berada di dekatmu adalah kebahagiaan yang tak pernah kudapat dari seseorang. Jika kau memarahiku hanya karena aku bertegur sapa dengan temanku, kau sesungguhnya sedang menghancurkan tali persaudaraan antara aku dan mereka. Kau harusnya lebih memahami itu. Dengan sikapmu yang seperti itu sudah bisa dibaca, kau ini belum sepenuhnya mempercayaiku. Aku tahu perasaanmu memang sakit, sebagai kekasih yang ingin serius denganku kau pantas untuk cemburu, karena cemburu menurut sebagian orang adalah rasa sayang yang berlebihan dan takut kehilangan. Aku sangat setuju dengan pendapat itu, sebab reaksimu yang seperti itu menandakan bahwa kau ini takut aku tinggalkan. Aku berterimakasih atas rasa yang sangat luar biasa itu, cinta. Namun begini, kita sudah berkomitmen, jika Tuhan kita menghendaki apa-apa yang sudah kita rencanakan, entah kapan waktunya semua itu akan terwujud. Kau ingin bersanding bersamaku, hidup tua bersamaku, punya anak sebagai kado istimewa untuk orangtua kita. Aku paham betul. Namun aku minta, kau tidak membatasi pertemananku, aku bisa jaga diri, aku bisa menempatkan posisi agar tetap berdiri tegak menjaga perasaanmu. Aku merasa memiliki kekuatan karena kau mencintaiku. Aku orang yang sederhana seperti ini merasa luar biasa ketika kau berkata “Aku ingin tumbuh tua dan renta hanya denganmu saja”. Untuk itu maaf jika karena kecemburuanmu kita sering berdebat. Aku mencintaimu tanpa jeda dan hanya denganmu saja aku ingin menua.

*Tulisan lama bersemi kembali.

Comments

Popular posts from this blog

Teks Prosedur Cara Membuat Telur Asin

Cerpen "Menunggumu Dalam Diam"