Posts

Showing posts from June, 2017

Kamu datang lebih tajam dari siapapun

Andai kamu sedang membaca ini. Saya ingin sekali melontarkan maaf, bagaimana saya pernah mempupuskan harapan berkali-kali. Membuatmu merayakan kehilangan sendiri. Andai saya disentil saja waktu itu, mungkin saya adalah orang yang  paling beruntung pernah dijagaimu. Malah saya sibuk mematahkan hatimu. Membuat lukamu tak pernah kering, selalu biru dan basah. Membuat sembilu itu semakin bernanah. Andai kamu membaca ini, maafkan saya. Kamu membuat saya mengerti, mencintai tidak mewajibkan memiliki. Bodoh saya, yang lebih memilih tak menjadi milikmu waktu itu. Dan kamu masih tetap mencintai. Detik ini pun, saya tetap menjadi arahmu pulang dan dekapan menjadi rumahmu paling nyaman. Saya tidak ingin semakin terlihat bodoh dengan membiarkanmu jatuh cinta dan patah hati sendirian. Ternyata beberapa kehadiran tidak juga mengalahkanmu. Terima kasih. Kamu datang lebih awal dan lebih tajam dari siapapun. Semoga kamu juga yang paling akhir meninggalkan.

Pohon, andai aku sepertimu.

Pohon Kamu dapat salam dari manusia Katanya, kamu selalu menerima Seperti ketika kamu diam saat ditebang, kuat menahan terpaan angin, berdiri diterjang hujan, Kasihan kamu. Tanpamu, Penyair tak punya tempat untuk menulis kebiasaan-kebiasaan semesta, seperti jatuh cinta yang tiba-tiba atau terburu-buru membuat luka. Hebat kamu. Iwz

Pangling

Duduk di ujung kayu menyapa air biru kemudian mendengarkan lagu sampai layu. - Membuka dan membolak-balik buku mendiksikan apa-apa yang membuat pangling. - Benar aku pangling Usia dewasa semakin dekat dengan hal-hal yang membuat pangling. - Tuan, nona, maukah bergantian perasaan denganku?

Saya tidak sedang bercanda.

Saya tidak sedang bercanda dengan beberapa hal yang akhir-akhir ini sudah saya putuskan. Seperti menghilang dari padanganmu, Menutup buku usang yang di dalamnya ada kamu, Menarik beberapa mimpi yang pernah kita susun berdua, Meniadakan ruh dan jiwamu dalam hati,                                                 Bahkan menolak ingatan yang sering sekali usil menghampiri dan menari-nari. Demikian saya, ingin memperbaiki hari-hari yang pernah dicabik begitu saja olehmu.  

Terimakasih (bekas) Teman dan Tuan Besar Kepala

Image
Foto diambil setelah kami turun dari air terjun Saya (paling depan), teman saya, dan Si Tuan. Sebenarnya saya sudah tidak ingin membahas apa yang membuat saya pangling beberapa bulan lalu. Maaf bukan apa-apa, bukan dendam atau benci terhadap (bekas) teman, kan waktu itu sudah saya bilang, “kamu adalah angin lalu, ada tidaknya kamu sama sekali tidak ada pengaruh untuk hidup saya”. Itu adalah kalimat yang saya lontarkan ketika seseorang meminta maaf kepada saya. Bagaimana bisa penghianat seperti dia datang menyalahkanku dan tidak tahu malu. Waktu itu saya kasihan dan menahan tawa. Begini awal mula kejadian mengapa saya menulis ini untuk (mantan) teman saya, yang berinisial PN. Sebenarnya saya malas juga menulis namanya, walaupun hanya inisial. Ah tidak apa-apa, kan sudah saya anggap angin lalu. Begini, beberapa bulan lalu saya dikejutkan dengan beberapa kejadian. Pertama, sudah dua tahun saya menjalin hubungan dengan (bekas) pacar saya, kemudian hal-hal kecil mulai men